Kamis, 22 September 2011

Aku dan Dunia

Serpihan kelabu kabut pagi
Memeluk erat hati ini
Ketika aku bersama sepi
Tak lagi kulihat matahari
Hari demi hari kuarungi
Tak kunjung usai risau ini

  Aku sendiri dikala malam tiba
  Saat mentari telah tenggelam
  Belenggu sedih menusuk jiwa
  Teringat akan aku yang hilang
  Hilang dari duniaku yang ceria
  Menuju kepedihan yang mendalam

Kini tak lagi teringat
Wajahku saat tertawa
Jiwaku ketika marah
Yang tersisa hanya ingatan
Tentang Kesedihan.....
Kesepian.....

  Bunga-bunga tak lagi bermekaran
  Hanya daun yang telah berguguran
  Burung telah kehilangan suaranya
  Saat aku berada pada puncak kebosanan
  Bosan dengan segala seyuman

Tak lagi kubertanya
Perginya duniaku yang ceria
Karena aku telah muak
Bertanya keceriaanku dimana

  Yang ada hanyalah aku
  Aku yang berdiri hari ini
  Aku yang telah menangisi diri
  Aku yang telah marah dengan hati nurani
  Dan...
  Aku yang telah menemukan duniaku

Minggu, 18 September 2011

Petir negaraku

Runtutan bencana terjadi
DI tanah ku di negeri ku
Berbagai kasus menimpa
Saudara ku dan bangsa ku

    Tak ada tawa iklas lagi
    Dalam sebuah pemberitaan
    Hanya kesedihan mendalam
    Menenggelamkan satu seyuman

Persatuan semakin pecah
Adanya perbedaan mencolok
Telingaku berdenging
Mata ku pedas hingga menangis

   
    Uang telah jadi tuhan
    Semua menyembah uang
    Rela merendahkan harga diri
    Demi sekeping uang receh

Ribuan bocah tak beruntung
Bernyanyi dengan jiwa
Di tengah jalan luas
Dengan kelaparan

    Nuansa miskin semakin luas
    Ribuan rumah-rumah kumuh
    Sampah semakin menumpuk
    Penggangguran tak terhitung

Saat ini aku hanya bisa diam
Merasa diriku ini hina
Hanya bisa memaki mereka
Tanpa melangkah dalam Aktifitas

Jumat, 16 September 2011

Hari Itu

Pagi hari kan menjelang
Kutatap arah timur dengan tajam
Sambil Kutantang Sang surya
Untuk segera keluar dari sangkarnya

    Cahaya mulai tampak
    Saat detik-detik tengah berputar
    Dilingkari oleh ranting-ranting pepohonan
    Pertanda sang surya telah berdiri

Silau cahayanya membilas tubuhku
Dengan hangat dan lambat
Kuhayati dengan hati dan jiwa
Bersama hisap nafasku yang kian mendalam

    Ku berdansa dengan mentari
    Diiringi nada-nada burung
    Serta musik dari daun yang gugur
    Menyadari keindahan dalam hidup



Hilir mudik langkah sang angin
Menemani tenggelamnya sang surya
Detingan setiap nada sumbang ku
Beriarama bersama langit biru

    Nada yang ku detingkan semakin lemah
    Seiring sang surya pergi tanpa permisi
    Seakan kabur...
    Dan lari dari sang rembulan dan bintang
    Saat kunang-kunang menampakan cahayanya

Datang sang malam yang gelap
Memapahku dalam kelelahan yang tajam
Terbaring pada ranjang lembut
Bersandar pada lunak alas kepala

    Nyanyian merdu jangkrik
    Membuat ku semakin lelap
    Dalam setiap pejaman mataku
    Dan terbang ke alam mimpi

Kamis, 15 September 2011

Dunia ku Menghilang

Butir butir cinta menghinaku
Inci demi inci merobekku
Benih benih senyum menjauhiku
Langkah demi langkah menghindariku

    Kobaran api matahari membakarku
    centi demi centi tubuhku
    Cahaya indah bulan membutakanku
    Detik demi detik menggelapkanku

Ribuan manusia telah mengutukku
Dengan segenap pandangan benci padaku
Jutaan binatang telah mengusirku
Dengan segenap suara keras padaku

    Kurasakan duniaku telah hilang
    Bersama dengan perginya petang
    Terukir cerita hati keharuan
    Akan duniaku yang hilang

Selasa, 13 September 2011

Liar

Tangan terangkat tinggi
Lompat menghentak tanah
Musik keras melingkari
Alkohol tuang ke gelas

    Tawa puas tak terbatas
    Teriak keras tak terjangkau
    Terombang-ambing di tengah orang
    Tubuh bergerak tak sesuai otak

Keras sang iblis menyeretku
Dalam lingkaran sorga dunia
Aku...aku...aku dan aku
Hanya aku yang aku ingat

    Kesenangan tanpa ujung
    Di hari yang berujung ini
    Gadis-gadis telanjang
    Menari-nari bagai api

Mata ini tak henti memandang
Kuping ini terus mendengar
Jiwaku kian membara
Di hari yang kuanggap liar....

Senin, 12 September 2011

Manusia Busuk

Siapa engkau...
Yang ku sapa setiap hari
Dan di balas oleh senyumanmu
Namun aku tak tahu siapa engkau

    Kau selalu ada di otakku
    Dalam hatiku yang dalam
    Di jiwaku yang setia
    Tepat berada di mataku

Aku merasakan rindu...
Rindu dengan wajahmu mu
Rindu senyum sapaan mu
Rindu dengan kehadiran mu

    Mengapa kau bisa menyiksaku
    Tanpa menyentuh-ku
    Tanpa mengutuk-ku
    Tetapi hanya dengan kehadiranmu

Aku merasakan getaran-getaran aneh
Ketika engkau melintas di mataku
Layaknya sang medusa
Mengubah ku jadi sebuah patung hidup

    Aku melihatmu sangat dekat
    Namun aku merasakan jauh yang mendalam
    Aku benar-benar tersiksa
    Dengan segala kemisteriusanmu itu

Aneh...
Tetapi benar-benar nyata
Ini benar-benar sesuatu yang tak kuinginkan
Kehidupanku menjadi berat bila tak melihatmu

    Saat aku ingin melupakanmu
    Seluruh diriku berontak seketika
    Hati...pikiran...tubuh...
    Seakan terbakar oleh mu...

Mengapa kau lakukan ini padaku??
Apa kau penyihir yang paling hebat
Benar-benar membuatku tersungkur tak berdaya
Hanya dengan sinar matamu yang indah

    Tolong...
    Lepaskan aku dari siksa ini
    Berhentilah menyiksaku
    Kan kulakukan segala yang kau inginkan

Minggu, 11 September 2011

Aku adalah mimpi

Aku hidup bermula dari mimpi
Saat aku masih menjadi itik
Tabuh genderang telah berbunyi
Mengepalkan tiap jari-jari ini
Untuk berperang melawan mentari

Tanpa mimpi aku hanyalah inti
Inti dari setiap kegagalan manusia
Tak punya arah dalam kehidupan
Hingga terpuruk pada lubang yang dalam
Dan hanya hidup di dunia keputusasaan

Mimpi membuatku kian berdiri
Hingga memaksaku untuk berlari
Mendorong diri untuk tak berhenti
Mengejar sebuah batas satu titik
Yang terurai dalam satu kata takdir